Upacara adat pangka' kangean
Perlu diketahui terlebih dahulu, Upacara Adat Pangkak memiliki artian upacara pemotongan padi atau pemangkasan padi saat tiba masa panen. Artian ini diperoleh dari kata Pangkak yang dapat diartikan memotong atau memangkas dalam bahasa Madura.
Dapat diuraikan aktifitas sebelum panen berjalan seperti biasa.
mulai dari penanaman bibit, proses penyiraman, pemberian pupuk, setelah mencapai
masa panen barulah aktifitas perayaan dipersiapkan. Dalam hal ini pemilik sawah bersiap-siap untuk merayakan Upacara Adat Pangkak. Persiapannya meliputi ;
1. Mempersiapkan surat undangan yang akan disebarkan dan memberikan pengumuman kepada para tamu yang akan diundang. Semakin banyak tamu yang menghadiri acara tersebut semakin bangga pula sang pemilik sawah.
2. Mempersiapkan sesajen dan perlengkapan yang diperlukan.
3. Menunjuk seorang tetua adat untuk memimpin acara tersebut.
Setelah segala sesuatu yang diperlukan telah terasa siap, maka acara tersebut
dapat dilaksanakan. Acara ini dilaksanakan pada malam bulan purnama dimana para undangan telah berada dan berkumpul di tengah sawah dengan mengenakan pakaian bagus berwarna norak. Selain itu sang pria bertugas mengangkut padi dan kaum wanita bertugas menuai padi, kemudian acara dimulai dengan pembacaan doa/parikan/mantra oleh pawang pangkak desa setempat. Adapun mantra tersebut ialah sebagai berikut;
AMBOLOLO HAK-HAK, AMBOLOLO HARRA
- AKADI OMBA’ GULINA PADI
- MASA ARANGGA’ TERBHI’ PADI
- TOGUR RENG TANI LEBUR EOLADI
- E MASA RENG TANI ARANGGA’ PADI
AMBOLOLO HAK-HAK, AMBOLOLO HARRA
- GUMBHIRA KEJUNG SAMBI ATANDHANG
- KA’DISSA ORENG LAKE’ NABBU GENDANG
- TAL-ONTALAN PALOTAN SAMBI ATANDHANG
- TANDA NYARE JUDU ATE LODANG
AMBOLOLO HAK-HAK, AMBOLOLO HARRA
(red. Bahasa Indonesia)
Ambololo hak-hak,ambololo harra
- Andai ombak ayunan padi
- Masa panen dekat menanti
- Pondokan petani indah dilihat
- Dimasa petani memotong padi
Ambololo hak-hak, ambololo harra
- Riang lagu sambil menari
- Disana lelaki menabuh gendang
- Saling melempar ketan silih berganti
- Tanda jodoh dicari
Ambololo hak-hak, ambololo harra
Setelah pawang pangkak membacakan mantranya, kemudian acara selanjutnya diisi dengan tari-tarian yang diiringi berbagai jenis musik pengiring. Adapun tari-tarian yang dibawakan adalah
1. Tari ngagga manok (tari halau burung)
Tari yang dilakukan dipinggir sawah dimana gerakannya menyerupai menghalau burung agar tidak mendekay kearah padi yang sedang tumbuh.
2. Tari ronjhengan (tari menumbuk padi)
Tarian yang dilakukan bersamaan dengan saat para wanita menumbuk padi secara bersamaan dan berselingan.
Selain itu untuk memperindah tarian tersebut juga diselingi beberapa musik pengiring yang berupa :
1. Saronen
Musik tradisi rakyat yaitu KENNONG TELLO’
2. Ronjangan
Alat penumbuk padi yang terbuat dari batangan kayu panjang yang diberi lubang sepanjang batang kayu.
Kabupaten Sumenep terletak di ujung timur Pulau Madura, secara administrasi terdiri atas 25 kecamatan yang terbagi dalam 17 kecamatan daratan dan 8 kecamatan kepulauan, letak geografis yang demikian ini ternyata mampu memunculkan potensi-potensi seni dari kondisi social budaya yang beraneka ragam.
Ke arah timur laut dari kota Sumenep terdapat sebuah pulau yang berjarak 99 mil, yaitu Pulau Kangean. Pulau ini dapat ditempuh dengan menggunakan kapal laut atau perahu mesin 7 jam perjalanan. Pusat kegiatan administrasi pemerintahan di pulau ini adalah di Kecamatan Arjasa, dimana di tempat ini salah satu potensi budaya tumbuh, berkembang, memasyarakat, dan menarik sebagai suatu kekhasan seni budaya di Kabupaten Sumenep, yaitu UPACARA ADAT “PANGKAK” yang terdapat di Desa Kalikatak.
Upacara adat ini berawal dari sebuah tradisi unik masyarakat Pulau Kangean. Yang biasanya mengadakan acara panen (menuai padi) bersama, dengan tujuan sebagai rasa syukur masyarakat dan pemupuk rasa kebersamaan.
Upacara ini dikemas dengan memadukan ritual keagamaan, kesenian, dan aktivitas masyarakat setempat dalam keseharian. Upacara Pangkak bukanlah upacara besar sebagai mana upacara-upacara ritual yang dilakukan masyarakat Sumenep pada umumnya. Namun upacara ini, lebih menonjolkan sifatnya yang sederhana, unik, kebersamaan, dan jauh berbeda dengan upacara yang kita kenal (misalnya NYADAR), upacara Pangkak sangat jauh dari hal-hal yang berbau mistis.
Karena sifatnya yang kedaerahan dan sangat sederhana, upacara Pangkak sendiri kurang mendapat perhatian dan sorotan dari masyarakat maupun dari pemerintah Sumenep. Tak ayal jika keluar sedikit dari kawasan Kangean, Pangkak menjadi sebuah nama yang asing bagi para pendengarnya. Meskipun demikian yang tak boleh dilupakan adalah bahwa Pangkak merupakan salah satu tradisi peninggalan yang dapat menunjukan suatu identitas social kehidupan dari masyarakat Pulau Kangean, sehingga tidak berlebihan kiranya jika bukan hanya masyarakat Pulau Kangean saja yang menjaga identitas tersebut, namun kita secara bersama-sama saling menyelamatkan upacara adat yang hampir punah ini.
Dari kenyataan ini Tim Penulis ingin mengemukakan mengenai sejumlah permasalahan-permasalahan sehubungan dengan topic yang dipilih, yaitu UPAYA PELESTARIAN UPACARA ADAT PANGKAK KANGEAN
0 Response to "Upacara adat pangka' kangean"
Posting Komentar